Kantor merupakan suatu bangunan (rumah, gedung, ruangan) yang mana difungsikan sebagai tempat kerja oleh perusahaan atau institusi (Derriani, 2016). Kantor merupakan suatu bangunan khusus yang difungsikan untuk melaksanakan proses bisnis perusahaan yang mana sumber daya manusia yang bekerja secara internal dan memberikan layanan komunikasi dan bersahabat kepada stakeholder untuk mencapai visi mini perusahaan (Rayan Sari et al., 2022). Kenyamanan suatu lingkungan kerja dapat mempengaruhi produksivitas karyawan. Kenyamanan lingkungan kerja dipengaruhi oleh beberapa aspek, salah satunya adalah susunan layout ruang kerja (Etruly & Nafi’ah, 2023). Survei yang telah dilakukan terhadap dua ribu karyawan diberbagai perusahaan menyatakan bahwa tata ruang kerja yang nyaman dan baik mempengaruhi kinerja dan produktivitas sumber daya manusia di suatu organisasi (Saleem et al., 2012). Aplikasi tata letak ruang kerja dan peralatan kantor yang ergonomis, estetik dan fungsional diperlukan untuk menciptakan suasana suasana nyaman bagi karyawan sehingga bisa mencapai kinerja yang optimal (Afifah, 2019). Salah satu jenis penataan tata letak ruang kerja adalah ruang terbuka atau open space working (Azkiya & Sudarwanto, 2020).
Open space working memungkinkan karyawan memiliki ruang kerja bersama yang disesuaikan dengan jumlah pegawai (Dwi Cahyaningtyas & Rahardjo, 2017). Open space working adalah penataan tata letak ruang kerja yang lebih fleksibel yang hanya dipisahkan oleh partisi yang bagian rendahnya untuk memudahkan komunikasi antar pekerja (Kim & de Dear, 2013). Sistem open space working diharapkan tidak hanya dapat digunakan sebagai ruangan bekerja namun juga bisa menunjang berbagai aktivitas yang dibutuhkan oleh karyawan (Azkiya & Sudarwanto, 2020). Tempat kerja yang menerapkan open space working mencakup berbagai ruang pendukung lainnya, seperti ruang kolaborasi (ruang rapat kecil, ruang rapat besar, serta peralatan pendukung rapat), area rekreasi (pantry atau ruang bersama), ruang prosedur, serta penyimpanan barang-barang untuk karyawan (Leonardi Poetra, 2016).
Salah satu unsur pendukung utama di open space working adalah kabinet yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan barang ataupun dokumen perusahaan (Azkiya & Sudarwanto, 2020). Kabinet adalah suatu furnitur yang memiliki fungsi sebagai ruang penyimpanan yang dinilai efektif dan fungsional karena selain sebagai wadah storage kabinet juga bisa meningkatkan nilai estetika ruangan (Vidyaprabha et al., 2022). Saat ini secara fungsional kabinet berfungsi sebagai tempat penyimpanan (Reinhard & Hidayat, 2014). Oleh karena itu tujuan penelitian ini adalah merancang kabinet yang multifungsi sehingga tidak hanya memiliki fungsi sebagai tempat penyimpanan namun juga bisa digunakan sebagai partisi antar area karyawan. Kabinet yang dirancang juga bersifat moveable sehingga mudah dipindahkan ke area lain yang membutuhkan. Kabinet yang dirancang juga diintegrasikan dengan smart home yang berfungsi sebagai penunjuk waktu, LED, serta tempat peletakan monitor yang bisa digunakan sebagai media untuk rapat. Kabinet yang dirancang diharapkan dapat digunakan untuk berbagai macam keperluan yang ada di tempat kerja.
Alternatif Desain 1 | Desain lebih simpel, bisa menerapkan konsep multifungsi sebagai dudukan dengan baik. | Untuk aplikasi smart home furnitur tidak bisa banyak di masukkan dalam kabinet, belum menunjang untuk proyektor |
Alternatif Desain 2 | Desain dengan penambahan besi pada bagian konstruksi kabinet menjadikan kabinet lebih kuat ketika akan ditambahkan proyektor dengan beban yang cukup berat kurang lebih 2kg. memiliki desain industrial karena menggunakan kombinasi metal. | Untuk kabinet ini ketika akan dipindahkan tempat menjadi lebih berat karena adanya rangka besi. |
Alternatif Desain 3 | Desain sederhana minimalis modern ,dengan bisa diterapkan elemen smart apda kabinet, sehingga semua konsep kabinet bisa dicapai. | Desain terlalu monoton dan kurang variatif. |
Berdasarkan tiga alternatif desain pada tabel 1, dipilih alternatif desain tiga yang akan dibuat dalam bentuk prototype karena lebih minimalis, multifungsi, dan mudah untuk dipindahkan. Pada desain pengembangan, kabinet mempunyai 2 almari yang bisa digunakan untuk tempat penyimpanan yang bisa ditutup karena ada daunnya, lalu mempunyai tempat untuk menyimpan layar proyektor yang tidak digunakan, dengan menggunakan ruang diatas kabinet yang tidak ada daun pintunya, dan ruang ini bisa dibuka tutup sesuai dengan kebutuan layar proyektornya, juga untuk penunjang smart living atau smart komponen yang akan diaplikasikan pada kabinet ini dibuatlah tempat terminal dari beberapa komponen smart ini.
desain kabinet multifungsi dengan aplikasi smart home ini menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif dalam proses observasi, data kualitatif didapatkan pada saat wawancara dan observasi langsung ke lokasi penelitian yaitu ruang perkantoran, dan metode kuantitatif dilakukan pada saat mencari data dari responden terkait dasar bentuk desain dan terkait tes keberfungsian dari kabinet multifungsi dengan aplikasi smart home.
Pada proses desain menggunakan metode design thingking metode ini digunakan untuk mendapatkan bentuk dan kesesuain dalam merancang kabinet multifungsi, dimulai dari empthyze, define, ideate, prototype dan test, ada 5 metode yang menjadi dasar penelitian ini menentukan desain dan bentuk kabinet multifungsi. 5 cara ini dijabarkan menjadi sebuah kesimpulan dari tahap awal yaitu empthyze atau observasi terhadap masalah lalu ke tahap define menentukan penyeselaian masalah desain yang akan diambil, lalu selanjutnya tahap ideate atau mencari gagasan yang ada pada masalah untuk dicari jalan keluarnya, pada tahap ideate ini peneliti membuat skema brainstroming setelah itu menentukan mindmapping, setelah 2 tahap ini peneliti melanjutkan untuk membuat alternatif desain kabinet multifungsi dengan aplikasi smart home, ada 3 alternatif desain yang peneliti sajikan, dari alternatif desain ini dinilai dari beberapa aspek sehingga dipilih 1 desain yang akan dilanjutkan sampai dengan membuat prototype, selanjutnya tahap prototype peneliti membuat rancangan gambar kerja dari hasil sketsa terpilih, setelah tahap prototype selanjutnya peneliti melakukan tahap test, yaitu menggunakan metode kuesioner kepada 20 responden yang terdiri dari pengguna ruang kantor yaitu dosen dan pegawai yang ada di perkantoran. Hasil dari test melalui kuesioner ini terkait keberfungsian dari kabinet multifungsi sebagai salah satu alternatif furnitur kabinet yang dilengkapi dengan perangkat smart home menyatakan rata rata dari jawaban responden yaitu berfungsi dengan baik dengan persentase 85%. Sehingga bisa dikatergorikan penelitian perancangan smooth furniture sudah sesuai dan memenuhi kebutuhan dari pengguna di ruang perkantoran.